
Table of Contents
Nanda Arsyinta Gini ya, waktu itu aku lagi scroll Instagram sambil ngopi sore. Tiba-tiba muncul video singkat seorang perempuan bercelana jeans klasik sambil ngebahas “Cara bikin artist storytelling di Reels”. Itu pertama kalinya aku kenal sama Nanda Arsyinta. Jujur saja, awalnya aku ragu, “Ah, ini pasti akun lain yang wikipedia cuma ikut-ikutan tren.” Tapi pas aku tonton sampai habis, ada sesuatu yang beda.
Dia gak cuma nunjukin template atau filter kekinian, tapi cerita personal: gimana ia pernah gagal collab sama brand besar karena kurang persiapan. Dia bilang, “Aku sadar, konten itu bukan cuma soal visual kece, tapi juga feel yang nyambung sama audiens.” Teduh banget waktu itu, rasanya kaya lagi ngobrol sambil duduk di teras rumah, bukan dengerin presentation di webinar berbayar.
Dari video pertama itu, aku langsung follow. Dan benar-benar ketagihan setiap kali Nanda Arsyinta sharing strategi kontennya. Dari branding personal, pemilihan tone menulis caption, sampai cara menggunakan data insight Instagram. Semua dikupas dengan bahasa yang ringan—bahkan kadang ada typo atau slang “yaelah” di caption-nya. Tapi itu yang bikin autentik.
Pelajaran dari Strategi Konten Nanda Arsyinta
Konten Autentik Menang Hati
Nanda Arsyinta sering bilang, “Audiens itu cerdas, mereka bisa bedain mana konten yang dibuat maksa dan mana yang tulus.” Dia pernah bercerita tentang saat ia hampir putus asa karena engagement turun drastis. Alih-alih panik, ia rekam proses sehari-hari: mulai rebutan nyuci baju sampai ngebiasain diri nulis di kafe lokal. Ternyata, video sederhana itu malah bikin jumlah saves naik 30%.Data Insight Bukan Musuhan
Aku sempat males ngulik Instagram Analytics. Tapi Nanda Arsyinta menunjukkan bahwa data kayak “impression” dan “reach” itu bisa jadi petunjuk: jam berapa audiens paling aktif, topik mana yang pas buat feed carousel. Dia pernah cerita, minggu pertama coba posting jam 9 malam, hasilnya sepi. Akhirnya dipindah ke jam 7 pagi, engagement langsung naik. Kesimpulannya, data itu sahabat, bukan musuh.Storytelling yang Menyentuh
Pernah suatu kali Nanda Arsyinta buat konten soal “Kegagalanku Pertama Kali Jalani Live Shopping”. Dia ceritakan deg-degan, lampu kamera yang bermasalah, sampai komentar sinis yang bikin hati cenat-cenut. Tapi di akhir, dia kasih solusi: latihan pernapasan dan siapkan naskah ringkas. Konten itu punya elemen emosional yang kuat, dan ternyata performanya paling tinggi sepanjang bulan itu.Konsistensi dalam Branding
Warna feed mulai dari soft pastel sampai typography yang konsisten—itu semua bukan kebetulan. Aku sendiri sempat coba-coba ganti gaya feed, dan ujung-ujungnya audiens bingung. Nanda Arsyinta bilang, “Bayangin feed-mu sebagai toko fisik. Ada tema, ada packaging, audiens harus tahu itu toko kamu.”
Kesalahan yang Pernah Saya Buat
Kalau diingat-ingat, aku pernah kepo banget sama strategi Nanda Arsyinta, terus coba tiru mentah-mentah. Hasilnya? Gagal total. Aku post quotes motivasi tiap hari, ala-ala feed kalem, tapi engagement jeblok. Kenapa? Aku lupa bawa personal touch. Aku bahkan lupa menaruh cerita di balik kutipan itu.
Lalu aku coba bikin video Instagram Reels ala Nanda: transisi dramatis, teks pop-up, musik viral. Tapi aku langsung copy-paste caption dia, ganti nama brand saya aja. Hasilnya, muted, baper, gak ada yang save. Audiens tahu kalau itu bukan suara asliku.
Dari situ aku belajar, bahwa mengadaptasi strategi Nanda Arsyinta itu butuh modifikasi. Kita perlu sisipin voice sendiri, cerita pengalaman pribadi—misalnya, kenapa hari itu aku butuh motivasi, atau gimana kutipan itu relevan sama perjalanan aku. Itu tip praktis pertama yang nyata: jangan tiru mentah, tapi modifikasi sesuai karakter kamu.
Tips Praktis Membangun Brand ala Nanda Arsyinta
Audit Diri Sendiri
Sebelum bikin konten, tulis tiga hal yang bikin kamu unik. Misalnya, kamu suka masak tapi cuma pakai bahan lokal. Catat itu, jadi voice brand-mu.Buat ‘Content Pillar’
Nanda selalu punya tiga pilar konten: edukasi, hiburan, dan cerita personal. Kamu juga bisa: misal topik makeup natural, review produk, dan story behind the brand lokal.Riset Keyword & Hashtag
Meski bukan SEO blog, hashtag di Instagram sama pentingnya. Nanda rekomendasi riset di kolom pencarian, cek related hashtags. Pilih 5 yang relevan, jangan pakai 30 sekaligus.Batching Konten
Pernah aku lembur sampai tengah malam cuma buat satu video yang gagal. Sekarang aku coba batch: satu hari syuting tiga video, satu hari edit tiga video. Sistematis, hemat waktu, dan gak bikin stress.Interaksi Otentik
Balas komentar dengan nama orang. Kalau ada yang nanya detail, ajak ngobrol. Sekecil apa pun, interaksi itu yang bikin algoritma suka.
Refleksi dan Motivasi
Selepas beberapa bulan mengikuti jejak Nanda Arsyinta, aku merasakan perubahan signifikan. Engagement naik rata-rata 50%, brand collaboration mulai berdatangan, dan—yang paling penting—aku merasa lebih yakin dengan karakter kontenku sendiri. Sering kali aku ingat kata-katanya, “Konten terbaik itu yang bikin kamu melek di tengah malam mikirin ide baru.”
Mungkin kamu juga pernah merasa stuck atau minder. Tenang, itu wajar. Bahkan Nanda Arsyinta sendiri pernah bilang bahwa setiap kreator pasti punya masa jenuh. Kuncinya? Istirahat sejenak, cari inspirasi di luar media sosial, bisa juga dari ngobrol sama teman. Lalu, kamu akan kembali dengan sudut pandang baru yang lebih segar.
Jadi, kalau sekarang kamu lagi baca artikel ini sambil mikir, “Apakah aku bisa sesukses Nanda Arsyinta?” Jawabannya, “Bisa!” Dengan dedikasi, modifikasi strategi sesuai gaya kamu, dan keberanian untuk berbagi cerita personal, jalan ke sukses konten digital terbuka lebar.
Baca Juga Artikel Ini: Nabila Taqiyyah dan Tips Sukses di Media Sosial yang Bikin Kamu Makin Kece!