
Table of Contents
Saya masih ingat pertama kali melihat Tari Ratoh Jaroe, bukan di sebuah pentas besar atau festival, tapi di halaman sekolah saat acara peringatan hari kemerdekaan. Awalnya saya pikir ini Tari Saman, karena pola duduknya mirip, gerakannya cepat, dan para penarinya berpakaian seragam. Tapi setelah ngobrol sama salah satu penarinya—yang ternyata teman adik saya—barulah saya tahu ini adalah Culture Tari Ratoh Jaroe, tarian khas Aceh yang punya energi luar biasa dan makna yang dalam.
Bedanya, Tari Ratoh Jaroe ini lebih fokus pada harmoni gerakan tangan, tepukan dada, dan hentakan tubuh yang berpadu dengan syair berbahasa Aceh. Dan entah kenapa, setiap saya lihat tarian ini, ada rasa semangat yang mengalir, seperti disuntik motivasi untuk tetap kuat.
Keindahan Seni Tari Ratoh Jaroe

Buat saya, keindahan Tari Ratoh Jaroe bukan cuma soal gerakan yang kompak. Keindahannya ada pada cerita yang dibawa lewat gerak dan syair. Setiap hentakan, setiap tepukan, terasa seperti potongan kisah yang disampaikan dengan bahasa tubuh. Ada momen gerakan cepat yang bikin penonton terpukau, lalu tiba-tiba diiringi gerakan lembut yang membuat suasana jadi khidmat Gramedia .
Saya pernah duduk di barisan depan saat pementasan Ratoh Jaroe di sebuah festival budaya. Dari jarak dekat, saya bisa lihat peluh yang menetes di wajah para penari, tapi tidak sedikitpun senyum mereka pudar. Itulah salah satu hal yang bikin saya jatuh cinta pada tarian ini—komitmen dan kebanggaan penarinya terhadap budaya mereka.
Kalau diibaratkan, Ratoh Jaroe itu seperti simfoni visual: warna kostum yang mencolok, irama tepukan yang ritmis, dan ekspresi wajah yang penuh makna.
Apa yang Membuat Tari Ratoh Jaroe Disukai?
Kalau ditanya kenapa Tari Ratoh Jaroe begitu disukai, jawabannya menurut saya ada beberapa faktor:
Energi dan kekompakan
Penonton selalu kagum dengan bagaimana puluhan penari bisa bergerak serentak tanpa meleset satu detik pun. Gerakannya sinkron seperti satu tubuh besar yang hidup.Visual yang memikat
Kostum berwarna cerah dengan motif khas Aceh, ditambah barisan penari yang duduk berjejer rapi, menciptakan pola visual yang menawan.Makna yang dalam
Syair-syair dalam Tari Ratoh Jaroe seringkali berisi pesan moral, keagamaan, atau nasihat kehidupan. Jadi, bukan hanya indah, tapi juga sarat pesan.Sensasi hiburan dan kebanggaan daerah
Melihat tarian ini seperti menonton semangat Aceh yang hidup. Bagi orang Aceh di perantauan, ini bisa mengobati rindu kampung halaman.
Saya sendiri suka Ratoh Jaroe karena ada momen “wow” setiap kali gerakan cepatnya dimulai. Penonton biasanya langsung tepuk tangan tanpa menunggu tarian selesai.
Tips Mempelajari Tari Ratoh Jaroe

Jujur saja, saya pernah mencoba ikut latihan Tari Ratoh Jaroe waktu ada lomba antar-kelurahan. Awalnya saya pikir gampang, karena duduk dan gerakannya “cuma” tepuk dan ayun tangan. Ternyata… saya salah besar. Dalam 15 menit, paha sudah panas, punggung mulai pegal, dan nafas ngos-ngosan.
Dari pengalaman itu, saya bisa kasih beberapa tips buat kamu yang mau belajar:
Latih kekuatan fisik dulu
Duduk bersimpuh atau setengah berjongkok selama 10-15 menit sambil bergerak bukan hal mudah. Latihan squat dan plank bisa membantu.Pahami irama dan syairnya
Jangan hafal gerakan saja. Dengarkan musik dan syairnya berulang-ulang. Rasakan temponya, karena semua gerakan mengikuti irama.Mulai dari gerakan lambat
Jangan langsung ikut gerakan cepat. Kuasai transisi pelan supaya saat cepat, tubuh kamu sudah hafal polanya.Latihan bareng tim
Ratoh Jaroe itu soal kekompakan. Latihan sendiri bisa, tapi latihan bareng akan mengasah sinkronisasi.Jaga senyum dan ekspresi
Ini penting. Tarian ini bukan cuma otot, tapi juga hati. Penonton bisa merasakan kalau kamu menikmatinya.
Mengapa Tari Ratoh Jaroe Harus Dilestarikan?
Buat saya, ada tiga alasan kenapa tarian ini penting untuk dilestarikan:
Warisan budaya Aceh
Ratoh Jaroe adalah bagian dari identitas masyarakat Aceh. Hilangnya tarian ini sama saja seperti kehilangan potongan sejarah.Nilai pendidikan
Syairnya sering membawa pesan moral dan kebersamaan. Cocok untuk generasi muda.Kebanggaan di mata dunia
Tari Ratoh Jaroe pernah ditampilkan di ajang internasional, bahkan memecahkan rekor dunia di Asian Games 2018 dengan 12.000 penari. Itu bukti bahwa budaya ini punya daya tarik global.
Saya pribadi percaya, melestarikan tarian ini bukan cuma tugas orang Aceh, tapi juga tugas kita sebagai warga Indonesia yang bangga akan keberagaman.
Keunikan Tari Ratoh Jaroe
Kalau dibandingkan dengan tarian daerah lain, Ratoh Jaroe punya keunikan:
Gerakan sinkron dan cepat yang menantang penari untuk fokus penuh.
Duduk sepanjang tarian, berbeda dengan tari tradisional yang biasanya berdiri.
Kombinasi seni musik dan gerak tubuh yang menyatu, seperti satu paket hiburan dan pelajaran.
Kostum khas Aceh yang kaya warna dan simbol.
Dan yang paling unik menurut saya, tarian ini membuat penari dan penonton sama-sama merasakan energi yang menular. Tidak heran kalau setelah menonton, orang sering bilang, “Pengen nyoba deh!”.
Pelajaran dari Ratoh Jaroe
Setelah beberapa kali menonton dan mencoba mempelajari tarian ini, saya sadar Ratoh Jaroe bukan cuma soal budaya, tapi juga soal kerja sama, disiplin, dan rasa bangga. Dalam setiap gerakan, ada pesan bahwa kita bisa menciptakan sesuatu yang indah kalau mau bergerak bersama.
Bagi saya, Ratoh Jaroe adalah bukti bahwa seni bisa menyatukan orang, mengajarkan kesabaran, dan menumbuhkan rasa cinta pada tanah air. Jadi kalau kamu punya kesempatan, tontonlah secara langsung atau bahkan coba ikut latihan. Siapa tahu, kamu jatuh cinta seperti saya.
Pengalaman Mengikuti Latihan Ratoh Jaroe
Oke, ini bagian yang agak memalukan tapi lucu. Waktu itu saya ikut latihan karena diajak teman yang kekurangan satu penari untuk lomba antar-kecamatan. Katanya cuma butuh gerakan sederhana, “Tenang aja, cuma tepuk tangan kok,” kata dia. Ya saya percaya saja.
Hari pertama latihan, kami duduk berjejer di lantai aula. Pelatihnya seorang perempuan Aceh yang tegas, tapi ramah. Dia bilang, “Kalau mau kuat di Ratoh Jaroe, kuncinya di paha, punggung, dan senyum. Jangan kaget kalau pegal.” Saya pikir, ah, paling cuma capek sedikit.
Baru lima menit gerakan pembuka—tepuk dada, ayun tangan, hentak bahu—saya mulai merasa paha panas, pinggang pegal, dan keringat mengucur deras. Yang bikin tambah berat, kita harus tetap tersenyum! Sementara saya sudah ngos-ngosan, teman-teman di kiri kanan masih santai kayak nggak ada apa-apa.
Pelajaran yang saya ambil: Ratoh Jaroe itu bukan sekadar tarian, tapi olahraga plus seni ekspresi. Butuh ketahanan fisik dan koordinasi otak yang kuat. Rasanya seperti main drum sambil jongkok—kalau salah fokus, semuanya berantakan.
Baca juga artikel menarik lainnya tentang Tari Wangsa Suta: Eksplorasi Unik di Balik Gerak, Gengsi, & Cerita Nusantara disini







