
Table of Contents
Jujur aja ya, awalnya saya skeptis sama tren kopi gula aren. Dulu mikirnya, “Ah paling cuma gimmick kopi zaman sekarang yang numpang hits.” Tapi semua berubah waktu saya nyoba segelas kopi gula aren di sebuah kedai kecil di pinggiran Jakarta Selatan. Nggak tahu kenapa, ada rasa manis yang beda—bukan sekadar gula biasa. Ada aroma khas yang nendang, tapi lembut di mulut. Sejak saat itu, saya resmi jadi salah satu dari jutaan orang yang jatuh cinta sama kopi gula aren.
Kelezatan Kopi Gula Aren yang Gak Main-main
Pertama kali saya sadar food kopi gula aren itu beda adalah saat minum sambil nongkrong bareng teman lama. Kita duduk di bawah pohon rindang, ngobrolin hidup, dan di tangan saya ada segelas es kopi susu gula aren. Rasanya? Manisnya dapet, tapi nggak lebay. Ada pahit-pahit kopi yang tetap nongol, tapi malah jadi komplementer, bukan saling bunuh.
Aren itu beda. Rasanya lebih dalam, lebih “earthy” kalo boleh dibilang. Kayak ada sentuhan rasa molasses, legit tapi bukan kayak sirup murahan. Gula putih kadang terlalu manis, tapi gula aren tuh manisnya punya karakter. Apalagi kalau dikombinasikan sama espresso yang bold—itu udah kayak pasangan hidup yang saling melengkapi.
Satu hal yang bikin saya makin kagum adalah waktu saya iseng bikin sendiri di rumah. Ternyata, bikin kopi gula aren itu nggak semudah tuang kopi + tuang gula aren. Komposisinya penting banget! Salah takar dikit, rasanya bisa terlalu pahit atau malah enek. Nanti kita bahas tipsnya.
Fun fact: Gula aren mengandung mineral kayak kalium, zat besi, dan zinc. Jadi selain enak, dia juga punya nilai gizi dibanding gula rafinasi biasa.
Filosofi Kopi Gula Aren—Manis Penuh Makna
Mungkin kedengeran berlebihan, tapi saya percaya setiap minuman punya cerita. Termasuk kopi gula aren ini. Buat saya, minum kopi gula aren itu bukan cuma soal rasa—tapi juga soal momen, kenangan, bahkan filosofi hidup.
Gula aren itu berasal dari nira pohon aren yang disadap dengan sabar dan hati-hati. Nggak bisa instan, harus tunggu berhari-hari sampai jadi. Sama kayak proses hidup kan? Butuh waktu buat jadi manis. Butuh kerja keras dan ketekunan.
Lalu kopi? Dia pahit. Tapi justru karena pahit itulah, manisnya gula aren bisa muncul dengan elegan. Filosofinya, hidup itu kadang pahit dulu, tapi kalo sabar, akan muncul manisnya di akhir.
Makanya nggak heran kalau kopi gula aren sering dijadikan simbol keseimbangan hidup—antara keras dan lembut, antara gelap dan terang. Sentimentil? Mungkin. Tapi itu yang saya rasakan setiap seruputannya.
Kenapa Pecinta Kopi Jatuh Cinta Sama Kopi Gula Aren?
Saya pernah ngobrol sama seorang barista yang udah 7 tahun kerja di kedai kopi. Dia bilang, salah satu menu yang selalu jadi favorit—baik anak muda sampai orang tua—adalah kopi gula aren. Saya tanya kenapa. Jawabannya simple: “Karena dia ramah.”
Maksudnya, ramah di lidah. Buat yang belum terlalu suka kopi hitam, kopi gula aren adalah “jembatan”. Rasanya manis, tapi tetap mengandung essence kopi asli. Nggak intimidating.
Bahkan teman saya yang dulunya anti kopi, setelah coba kopi gula aren, jadi rutin minum. Tapi bukan sekadar karena enak. Mereka bilang, “Ini tuh minuman yang bisa nemenin kerja, nemenin galau, atau nemenin ngobrol.” Ada rasa nyaman di baliknya.
Dan yang menarik, tren ini nggak cuma lokal. Di luar negeri juga mulai banyak yang penasaran sama “palm sugar coffee.” Beberapa kafe di Melbourne dan Amsterdam mulai menyajikannya, kadang pakai label “Indonesian style iced coffee.” Keren kan?
Tips Bikin Kopi Gula Aren Enak di Rumah
Oke, ini bagian favorit saya. Karena saya udah pernah gagal berkali-kali sebelum akhirnya nemuin racikan yang pas. Nih saya bocorin:
Alat & Bahan:
Espresso shot (kalau nggak punya mesin, bisa pakai kopi tubruk yang disaring halus)
20–25 ml larutan gula aren (resep di bawah)
150 ml susu cair full cream
Es batu
Gelas saji
Cara bikin larutan gula aren:
Ambil 100 gram gula aren (yang blok atau serut).
Tambahkan 100 ml air.
Rebus dengan api kecil sampai larut dan agak kental. Jangan sampai gosong!
Simpan di kulkas dalam botol kaca.
Cara Meracik:
Masukkan larutan gula aren ke dasar gelas.
Tambahkan es batu secukupnya.
Tuang susu pelan-pelan biar gradasinya cantik.
Terakhir, tuangkan espresso shot perlahan dari atas.
Tips penting: Rasio kopi dan susu jangan terlalu dominan ke salah satu sisi. Idealnya 1:2 atau 1:3 tergantung selera. Jangan pakai gula aren terlalu banyak, nanti nutupin rasa kopi.
Saya juga suka tambahkan sedikit cinnamon powder atau sea salt di atasnya buat twist rasa.
Cara Menikmati Kopi Gula Aren Biar Lebih “Ngena”
Menurut saya, kopi gula aren itu paling enak diminum dalam kondisi tenang. Jangan sambil buru-buru. Duduk, nikmati aroma, lihat gradasi warnanya yang cantik. Kalau bisa, ditemani roti panggang atau singkong goreng.
Saya paling suka minum ini pagi hari, sebelum mulai kerja. Tapi teman saya malah lebih suka malam hari, sambil baca buku atau nonton film. Kuncinya adalah menjadikan kopi ini bukan sekadar minuman, tapi bagian dari ritual menikmati hidup.
Kalau kamu mau lebih mindful, coba minum kopi gula aren tanpa sedotan. Rasakan lapisan manis di bawah, lalu rasa pahitnya di atas. Biarkan semuanya bercampur di lidah. Itu pengalaman yang susah dijelaskan dengan kata-kata.
Dan satu lagi—ajak teman. Karena kopi, meskipun enak diminum sendiri, tapi akan lebih bermakna saat dibagi.
Bukan Sekadar Minuman, Tapi Cerita yang Menghangatkan
Jadi sekarang, tiap kali saya duduk santai sambil minum kopi gula aren, saya selalu teringat satu hal: hidup ini pahit-manis, dan itu justru yang bikin kita terus jalan. Sama seperti kopi gula aren—ada kekuatan, ada kelembutan.
Kalau kamu belum coba, saya sarankan banget bikin sendiri di rumah. Nggak harus sempurna, tapi dari proses itu kamu akan ngerasa lebih dekat sama minuman ini. Bukan cuma minum, tapi mengalami.
Dan kalau kamu udah cinta sama kopi gula aren kayak saya, bagikan juga ceritamu. Karena, siapa tahu, ada orang lain yang butuh rasa manis itu di hidup mereka.