Tari Ratoh Jaroe

Waktu pertama kali saya nonton Tari Ratoh Jaroe secara langsung, itu di sebuah pentas budaya antar sekolah. Lokasinya cuma aula sekolah biasa, tapi suasananya… magis. Lampu aula yang remang-remang, puluhan penari culture perempuan duduk rapi bersaf, dan begitu musik mulai—deg, dada saya ikut berdebar. Ada yang beda dari tarian ini. Bukan cuma soal keindahan geraknya, tapi energi dan kedisiplinan penarinya. Serempak, kompak, dan penuh semangat.

Nah, sejak hari itu, saya mulai kepo (iya, saya kepo banget kalau udah soal seni budaya Nusantara). Apalagi waktu tahu ternyata tari ini dari Aceh dan punya makna yang dalam banget, saya makin kagum. Dan tulisan ini, ya… bisa dibilang semacam curhatan saya yang jatuh cinta sama Tari Ratoh Jaroe, sekaligus pengalaman saya belajar memahaminya dari berbagai sisi.

Keindahan Seni Tari Ratoh Jaroe

Tari Ratoh Jaroe, Bermakna Religius dan Hanya Dimainkan Perempuan

Kalau ditanya apa yang paling mencolok dari Tari Ratoh Jaroe, jelas: kompakan geraknya. Penarinya duduk bersila, bergerak bareng dengan tempo yang cepat dan berenergi tinggi. Dari mulai menepuk dada, paha, hingga tangan yang bergerak membentuk pola, semua dilakukan secara sinkron gramedia.

Awalnya saya mikir, “Yaelah, duduk doang kok bisa disebut tari.” Tapi begitu saya coba ikut pelatihan dasar waktu ada workshop di sanggar dekat rumah, eh… baru dua menit udah pegal tangan. Ternyata ini butuh tenaga, fokus, dan napas yang kuat. Belum lagi harus ngafalin lirik syairnya yang biasanya dalam Bahasa Aceh.

Dari sini saya belajar, Ratoh Jaroe itu bukan cuma soal indah dilihat. Ia adalah bentuk seni pertunjukan yang menyatu antara gerak, irama, dan makna religius atau sosial. Biasanya juga diiringi syair-syair nasihat, jadi ada sisi edukatif dan spiritual juga.

Makanya, walaupun kelihatannya sederhana, tarian ini justru kaya banget unsur estetikanya. Kalau boleh jujur, saya lebih kagum ke tari duduk ini dibanding tarian kontemporer yang geraknya loncat-loncat tapi kadang gak ada ruh-nya.

Mengapa Tari Ratoh Jaroe Dilestarikan?

Salah satu pelajaran penting yang saya petik: budaya yang kuat itu budaya yang dipelihara.

Ratoh Jaroe ini sebenarnya berkembang dari tarian rakyat dan religi di Aceh. Ia erat kaitannya dengan nilai-nilai keislaman dan kebersamaan. Setiap gerakannya bisa dimaknai sebagai simbol disiplin, persatuan, dan kekuatan kolektif masyarakat Aceh.

Tarian ini sempat nyaris tenggelam karena kurang dilirik generasi muda. Tapi, sejak masuk ke pentas internasional dan dijadikan materi pembelajaran di berbagai sekolah, Ratoh Jaroe mulai naik daun lagi.

Saya pribadi merasa penting banget pelestarian seperti ini. Di zaman sekarang, ketika budaya luar gampang banget masuk lewat TikTok dan YouTube, budaya lokal kita malah rawan ditinggalkan. Padahal, Tari Ratoh Jaroe ini punya daya tarik yang gak kalah keren.

Momen paling bikin bangga? Waktu nonton opening Asian Games 2018, di mana lebih dari 1.600 penari membawakan Ratoh Jaroe secara massal di stadion GBK. Merinding banget. Dan banyak banget media luar yang ngangkat itu sebagai salah satu pertunjukan pembuka paling megah dan “unexpected” dari Indonesia.

Keunikan dari Tari Ratoh Jaroe

Yang bikin Tari Ratoh Jaroe istimewa menurut saya bukan hanya geraknya yang sinkron, tapi juga format pertunjukannya.

Pertama, penarinya duduk bersila dan bergerak tanpa berpindah tempat. Tapi jangan salah, ini bukan berarti statis. Gerakannya cepat, ritmis, dan penuh variasi.

Kedua, dari segi busana: para penari biasanya memakai baju adat Aceh dengan warna-warna cerah—merah, emas, hitam—yang kontras tapi harmonis. Busananya dibuat longgar dan tertutup, sesuai dengan nilai-nilai Islam di Aceh. Tapi malah itu yang bikin auranya beda. Anggun dan powerful sekaligus.

Ketiga, syair yang dibacakan atau dinyanyikan selama tarian biasanya berisi nasihat atau cerita religi. Jadi tarian ini gak cuma visual, tapi juga punya lapisan makna spiritual. Saya inget salah satu syair yang dibacakan saat latihan: isinya tentang pentingnya saling menghormati dan menjaga persaudaraan. Simpel, tapi ngena.

Dan terakhir, keunikan yang menurut saya paling personal adalah nuansa kebersamaan. Dalam Ratoh Jaroe, gak bisa ada satu orang yang dominan. Semua harus sama, harus kompak. Satu aja yang telat, semuanya kelihatan kacau. Jadi semacam latihan kerjasama juga sih, cocok banget buat pendidikan karakter.

Tips Mempelajari Tari Ratoh Jaroe (Buat Kamu yang Penasaran)

RRI.co.id - BPPA Gelar Festival Tari Ratoh Jaroe Tingkat Nasional

Oke, buat kamu yang mulai tertarik dan pengin nyobain belajar Tari Ratoh Jaroe, saya punya beberapa tips dari pengalaman pribadi yang mungkin berguna:

1. Mulai dari pengenalan budaya Aceh

Sebelum masuk ke gerakan, coba pahami dulu sejarah dan nilai-nilai yang melatarbelakangi Ratoh Jaroe. Ini penting banget biar kamu gak asal gerak, tapi ngerti konteksnya.

2. Latihan bareng, jangan sendiri

Ini bukan tarian yang bisa dipelajari lewat tutorial YouTube sendirian di kamar. Karena kekuatan Ratoh Jaroe itu ada di kekompakan. Mending gabung sanggar atau komunitas tari daerah.

3. Latih koordinasi tubuh dan stamina

Saya dulu sempat kaget pas tahu tangan bisa pegal dan kesemutan cuma karena tepuk-tepuk 5 menit nonstop. Jadi, pastikan kamu rajin latihan koordinasi dan kekuatan tangan.

4. Fokus pada irama dan hitungan

Gerakan Ratoh Jaroe seringkali mengikuti pola 4/4 atau 6/8 tergantung syairnya. Latihan hitungan dasar akan sangat membantu.

5. Jangan buru-buru tampil

Saya pernah terlalu pede waktu awal-awal latihan, terus ikut lomba. Hasilnya… ya berantakan. Lebih baik matangkan dulu teknik, baru perform.

Dan satu lagi, nikmati prosesnya. Karena begitu kamu bisa ikut bergerak bersama barisan penari lain, ada rasa puas yang gak bisa dijelasin. Kayak, “Wah, akhirnya bisa nyatu sama tarian ini.”

Tari Ratoh Jaroe di Mata Dunia

Siapa sangka, tari tradisional yang dulunya cuma tampil di acara adat Aceh, sekarang bisa tampil di ajang sekelas Asian Games, bahkan sempat ditampilkan di luar negeri seperti Korea, Jepang, hingga Eropa oleh diaspora Indonesia.

Waktu saya ngobrol dengan teman dari komunitas seni pertunjukan, dia cerita kalau banyak penonton luar negeri kagum karena Ratoh Jaroe dianggap perpaduan antara seni dan kedisiplinan tinggi. Mereka gak menyangka Indonesia punya budaya seteratur dan sememikat ini. Bahkan, beberapa kampus di Australia dan Belanda memasukkan Ratoh Jaroe dalam kurikulum studi budaya Asia.

Kata salah satu pengamat budaya internasional, Ratoh Jaroe itu seperti “Asian Military Precision meets Islamic Elegance.” Waduh, keren ya?

Saya jadi sadar, kadang kita terlalu sibuk ngagumi budaya luar, padahal budaya kita sendiri tuh punya magnet yang kuat. Tinggal kita mau bangga atau nggak.

Pelajaran yang Saya Petik dari Ratoh Jaroe

Tari Ratoh Jaroe mengajarkan saya bahwa keindahan itu bukan cuma soal gerakan indah, tapi tentang keselarasan, nilai, dan kebersamaan.

Tari ini juga ngajarin saya tentang kesabaran dan kerendahan hati. Karena dalam Ratoh Jaroe, gak ada yang jadi bintang utama. Semua sama, semua penting. Dan justru di situlah keindahannya muncul.

Buat kamu yang lagi cari kegiatan budaya yang bermakna dan bisa membentuk karakter, saya sangat merekomendasikan belajar Ratoh Jaroe. Gak cuma soal seni, tapi juga soal kehidupan. Tentang bagaimana jadi bagian dari kelompok, disiplin, dan menghargai tradisi.

Dan buat kamu yang sudah pernah melihatnya, saya harap kamu bisa mengapresiasinya lebih dalam. Karena setiap tepukan, setiap ayunan tangan, dan setiap syair dalam Ratoh Jaroe punya cerita. Cerita tentang Aceh, tentang Indonesia, dan tentang siapa kita sebagai bangsa yang kaya akan budaya.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Tari Cangget: Warisan Budaya Lampung yang Wajib Dilestarikan disini

About The Author