Dynamic Island

Waktu pertama kali Apple ngumumin fitur Dynamic Island di iPhone 14 Pro, jujur aku cuma angkat alis. “Yaelah, paling gimmick UI doang,” pikirku waktu itu. Sebagai orang yang cukup ngikutin perkembangan gadget (tapi bukan fanboy ya), aku udah terlalu sering lihat fitur-fitur yang katanya revolusioner tapi ternyata… ya gitu doang.

Tapi tetap aja, rasa penasaran itu muncul. Aku cari-cari info. Ternyata,technology Dynamic Island itu bukan cuma potongan notch kamera yang dibuat bisa berubah bentuk. Itu bagian dari interface baru yang bisa berinteraksi langsung sama pengguna secara real-time. Jadi, si “island” ini bisa melebar, mengecil, munculin info, shortcut, notifikasi… kayak pulau interaktif kecil yang hidup di atas layar.

Awalnya aku pikir cuma buat gaya-gayaan. Tapi setelah pakai langsung di iPhone temanku (aku minjem selama dua minggu, dia pakai Android dulu sementara), persepsiku berubah total. Ini bukan cuma fitur estetika. Ini cara baru berinteraksi sama smartphone.

Pengalaman Pakai Dynamic Island Selama 2 Minggu: Dari Bingung ke Nggak Mau Balik

Get to know Apple's new Dynamic Island: What is it? How can it be used? Is  it truly helpful? | Krasamo

Jujur, hari pertama nyobain fitur Dynamic Island itu… malah bikin bingung. Aku malah sempat bilang, “Kok ini malah ganggu ya?” Tapi ternyata itu karena aku belum ngerti cara kerjanya. Begitu udah ngerti pola-pola interaksinya, wah gila… aku langsung jatuh hati apple support.

Contohnya waktu aku dengerin lagu di Apple Music, Dynamic Island langsung nunjukin cover album kecil, lengkap sama waveform-nya yang gerak. Dan pas aku pencet pulau kecil itu, langsung muncul kontrol playback. Tanpa harus keluar dari aplikasi yang sedang aktif.

Terus pas aku naik ojek online—aku pakai Grab—Dynamic Island juga munculin estimasi waktu kedatangan driver, lengkap dengan animasi mobil yang jalan pelan-pelan ke arah lokasiku. Praktis banget!

Ada juga waktu aku lagi rekam suara buat podcast kecil-kecilan. Biasanya aku pakai stopwatch buat lihat berapa lama durasinya. Tapi dengan Dynamic Island, indikator rekaman selalu nongol di atas layar, dengan durasi yang terus update. Aku bisa buka apps lain, dan si “pulau” tetap kasih aku kontrol penuh tanpa perlu bolak-balik.

Intinya, Dynamic Island bikin multitasking jadi mulus banget. Nggak terasa maksa, malah terasa alami. Kayak punya asisten digital mini yang nongkrong terus di atas layar.

Kenapa Dynamic Island Penting Banget? Karena Nambah Nilai Guna Smartphone

Banyak yang bilang, “Yaelah, cuma UI. Penting amat.” Tapi justru karena itu UI, makanya penting. User Interface yang bagus itu bisa bikin pengalaman pakai smartphone naik level.

Kalau kita bandingin sama notch biasa atau punch-hole kamera, mereka itu mati. Cuma lubang hitam yang kadang malah ganggu. Tapi Dynamic Island? Dia hidup. Dia responsif. Dia kontekstual. Dia bisa adaptasi sesuai aplikasi yang sedang dipakai.

Aku pikir pentingnya Dynamic Island itu bukan cuma dari tampilannya, tapi dari filosofi desainnya. Apple ngasih tahu kita bahwa elemen antarmuka yang sebelumnya dianggap “gangguan” (kayak notch kamera), ternyata bisa dikasih fungsi tambahan. Jadi bukan cuma estetika, tapi benar-benar interaktif dan informatif.

Di era sekarang di mana kita makin sering multitasking—dengerin lagu sambil chatting, order makanan sambil browsing, atau rekam video sambil buka catatan—Dynamic Island jadi solusi elegan yang nyatu sama kebutuhan itu semua.

Keunggulan Dynamic Island Dibanding Fitur Serupa di Android

Apa Itu Dynamic Island pada iPhone 15? Ini Dia Fitur dan Fungsinya!

Nah, ini bagian yang mungkin bikin sebagian orang pengen debat. Tapi biar aku kasih konteks dulu ya. Android itu fleksibel banget. Banyak developer bikin fitur mirip Dynamic Island pakai aplikasi pihak ketiga. Aku sempat coba salah satu clone-nya di ponsel Android.

Tapi beda. Beda banget.

Di iPhone, Dynamic Island itu dibangun dari sistem. Artinya dia bisa integrasi langsung dengan core apps dan API Apple. Jadi notifikasinya mulus, animasinya responsif, dan transisinya seamless banget. Gak ada lag-lag gak jelas.

Sementara di Android, karena itu cuma lapisan tambahan dari app luar, interaksinya sering gak konsisten. Ada yang bisa nunjukin notifikasi musik, tapi gak bisa buat timer. Ada yang animasinya patah-patah. Intinya, pengalaman user-nya jauh di bawah.

Keunggulan utama Dynamic Island:

  • Integrasi sistem bawaan, bukan sekadar overlay

  • Transisi animasi yang smooth

  • Support multitasking mini tanpa mengganggu aplikasi utama

  • Responsif dan adaptif dengan berbagai aplikasi, dari Spotify sampai panggilan masuk

Keunikan Fitur Dynamic Island yang Sering Orang Lewatkan

Salah satu hal yang bikin aku kagum sama Dynamic Island itu adalah bagaimana dia muncul dan pergi secara alami. Gak ada pop-up tiba-tiba atau tombol besar yang nutup layar. Dia muncul kecil, kemudian melebar kalau kamu sentuh, terus menyusut lagi kalau udah gak dibutuhin.

Ada juga yang namanya Live Activities, semacam widget real-time. Misalnya kalau kamu lagi nunggu skor pertandingan bola, dia bisa update terus di Dynamic Island. Jadi gak perlu buka aplikasi berulang-ulang.

Dan yang lucu, Dynamic Island bisa muncul dua aktivitas sekaligus. Contohnya, kamu lagi telepon dan sambil dengerin musik, dia bakal munculin dua bubble kecil. Satu buat call status, satu buat music playback. Rapi banget.

Fitur kecil kayak gini yang bikin aku mikir, “Apple tuh emang jago banget soal detail.” Mereka bisa ngubah satu bagian kecil dari layar jadi alat komunikasi real-time antara pengguna dan perangkat.

Apakah Dynamic Island Lebih Canggih? Jawabannya: Secara Fungsi, Iya

Kalau kita bicara soal inovasi perangkat lunak, Fitur ini menurutku termasuk kategori “inovasi kecil tapi impactful.” Dia gak ngubah dunia, tapi ngubah cara aku pakai smartphone sehari-hari.

Canggihnya bukan dari teknologi AI atau chip supercepat. Tapi dari cara dia bikin interaksi jadi lebih manusiawi. Lebih intuitif. Gak butuh belajar—cukup sentuh, dan semuanya terasa masuk akal.

Aku pernah kepikiran, “Kenapa dari dulu gak ada fitur kayak gini?” Soalnya fitur Dynamic Islandtuh kayak udah seharusnya ada. Bukan sesuatu yang memaksa kita adaptasi. Malah kita yang jadi ketagihan setelah pakai.

Mungkin ini juga yang bikin banyak orang bilang: setelah nyobain Dynamic Island, rasanya gak pengen balik ke notch atau punch-hole biasa.

Review Jujur: Worth It Gak Dynamic Island? YES, Tapi…

Kalau kamu tanya, “Worth it gak sih fitur ini?” Jawaban jujurku: worth it banget… kalau kamu memang aktif pakai smartphone buat banyak hal.

Kalau kamu cuma pakai HP buat WhatsApp-an dan nonton YouTube, mungkin kamu gak akan terlalu merasakan efeknya. Tapi buat orang yang:

  • sering multitasking

  • suka dengerin musik/podcast sambil ngetik

  • sering order makanan, naik transportasi online

  • butuh monitoring aktivitas (kayak stopwatch, timer, call)

… maka Dynamic Island itu bakal jadi fitur yang nambah kenyamanan.

Tapi tetap ada kekurangannya. Misalnya, kadang dia bisa terasa terlalu aktif, apalagi kalau ada dua atau lebih aplikasi yang bersaing buat muncul. Terus, kalau kamu pakai tempered glass murahan, kadang sentuhannya gak terlalu responsif di area island. Itu pengalaman pribadi sih, mungkin beda-beda.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang ASUS ROG Strix SCAR: Laptop Gaming Idaman Gamer di Indonesia 2025 disini

About The Author