Tari Saman

Aku masih ingat betul pertama kali melihat Tari Saman secara langsung. Bukan di acara budaya atau pertunjukan seni besar, tapi di sebuah lomba antar sekolah. Duduk di bangku penonton dengan tangan menggenggam botol air, aku terpaku. Gerakannya cepat, ritmenya padat, dan yang paling bikin merinding—semuanya dilakukan dalam harmoni sempurna tanpa musik pengiring. Serius, aku nggak bisa lupa sampai sekarang.

Aku langsung mikir, “Gimana bisa ya orang-orang ini bergerak serapi itu, bareng semua, tanpa ada yang miss satu ketukan pun?” Dari situ lah awal ketertarikan aku sama Tari Saman.

Asal Tari Saman: Dari Gayo, Aceh Tenggara

keindahan Tari Saman

Pertama-tama, buat kamu yang belum tahu: Culture Tari Saman ini berasal dari Suku Gayo di Aceh Tenggara, tepatnya di daerah dataran tinggi Gayo. Tari ini sering ditampilkan dalam perayaan-perayaan penting, terutama yang bersifat keagamaan atau adat.

Uniknya, Tari Saman dikenal juga sebagai tarian duduk, karena para penarinya nggak berdiri, tapi duduk berbaris rapat sambil menari dengan gerakan tangan, kepala, dan tubuh atas. Ini bukan tari biasa—ini seni yang penuh makna dan kekuatan.

Sejarah Tari Saman: Lebih dari Sekadar Hiburan

Tari Saman awalnya punya fungsi dakwah. Dulu, tarian ini dipakai oleh ulama besar dari Aceh bernama Syekh Saman, buat menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat Gayo lewat media yang menyenangkan dan mudah diterima.

Bayangin zaman dulu, nggak semua orang bisa baca tulis, jadi ulama dan tokoh masyarakat harus kreatif biar pesannya nyampe. Nah, lewat Tari Saman inilah, pesan-pesan moral, kebersamaan, kerja sama, sampai soal spiritualitas bisa disampaikan dengan cara yang indah.

Lambat laun, Tari Saman bukan cuma media dakwah, tapi berkembang jadi simbol kekompakan dan identitas budaya Aceh.

Mengapa Tari Saman Mendunia?

Ini pertanyaan menarik banget, dan aku juga dulu sempat mikir hal yang sama. “Kenapa ya Tari Saman bisa dikenal sampai mancanegara?”

Jawabannya? Karena energi dan keunikan Tari Saman itu nggak ada duanya.

Tahun 2011, UNESCO resmi menetapkan Tari Saman sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari Indonesia. Itu artinya, tarian ini diakui dunia sebagai sesuatu yang sangat berharga dan layak dilestarikan. Dan emang bener sih, siapa pun yang pernah lihat pasti bakal bilang, “Ini bukan tarian biasa.”

Bahkan di beberapa negara, kayak Korea Selatan dan Jepang, Tari Saman sering dibawakan dalam festival budaya oleh mahasiswa Indonesia. Aku pernah liat video mahasiswa Indonesia di London yang nari Saman di depan banyak penonton asing—mereka standing ovation! Bulu kuduk merinding, bro.

Keindahan Tari Saman: Harmoni Tanpa Musik

Nah, ini yang paling bikin aku kagum.

Biasanya, tarian selalu diiringi musik. Tapi Tari Saman? Nggak butuh. Semua ritme dihasilkan oleh tepuk tangan, tepuk dada, dan nyanyian syair dari para penarinya sendiri. Mereka nyanyi, nari, dan menjaga tempo bareng-bareng. Sinkronisasi gerakannya tuh kayak… magic!

Nggak cuma itu, ekspresi wajah para penarinya juga bagian dari pertunjukan. Kadang tersenyum, kadang serius banget. Semua gerakan dan ekspresi disesuaikan dengan makna syair yang mereka lantunkan. Gila, bener-bener seni yang kompleks tapi tetap mengalir alami.

Waktu aku coba belajar Tarian Saman, baru deh kerasa: pegelnya luar biasa. Duduk bersimpuh sambil ngatur nafas, tangan, dan tempo bareng-bareng? Nggak gampang sama sekali. Tapi justru itu yang bikin aku makin hormat sama penarinya.

Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Tari Saman

Ada beberapa hal yang menurut aku penting banget buat kita pelajari dari Tarian Saman, bukan cuma soal tariannya aja.

  1. Kekompakan itu kunci.
    Tanpa kerja sama dan komunikasi non-verbal yang kuat, penari Saman bakal kacau di tengah jalan. Sama kayak kerja tim dalam kehidupan nyata.

  2. Tradisi itu bernilai tinggi.
    Kadang kita ngerasa budaya lokal itu kuno, tapi nyatanya—budaya lokal kayak Tarian  Saman ini justru yang bikin kita dikenal dunia.

  3. Konsistensi bikin hasil.
    Latihan Tari Saman itu berbulan-bulan. Kalau kita mau hasil bagus dalam hidup, ya konsistensi dan disiplin juga harus kita jalanin.

  4. Nggak semua harus pakai teknologi.
    Di era digital kayak sekarang, Tari Saman ngingetin aku bahwa hal-hal natural, seperti suara tangan dan nyanyian, bisa jadi hiburan dan ekspresi yang luar biasa.

Mengapa Tari Saman Wajib Dilestarikan?

Gampang banget jawabannya: karena Tari Saman adalah identitas bangsa.

Kalau kita biarin budaya ini hilang, kita kehilangan bagian penting dari jati diri kita sendiri. Dan lebih dari itu, Tari Saman adalah bukti bahwa Indonesia punya seni yang sangat unik dan membanggakan.

Pemerintah sebenernya udah mulai aktif ngenalin Tarian  Saman ke luar negeri, tapi peran kita juga penting. Kita bisa mulai dari hal kecil, misalnya:

  • Nonton dan apresiasi pertunjukan Tarian  Saman.

  • Ikut workshop atau ngajarin anak-anak tentang maknanya.

  • Promosiin lewat media sosial, blog, atau YouTube.

Aku pribadi pernah bantu jadi relawan buat festival budaya di sekolah. Kita angkat tema Aceh, dan aku milih Saman buat ditampilkan. Hasilnya? Penonton pada terpukau, bahkan yang awalnya cuek jadi ikut nyari tahu tentang Aceh.

Struktur Tari Saman: Punya Aturan yang Jelas dan Teratur

Satu hal yang bikin aku makin kagum waktu ngobrol dengan seorang pelatih Tari Saman di sekolah seni adalah struktur tariannya ternyata nggak sembarangan. Ada bagian-bagian yang harus diikuti sesuai urutan. Bahkan tiap bagian punya nama dan filosofi sendiri.

Berikut ini struktur umum  Tarian Saman:

  1. Pembuka (Rengum):
    Bagian ini biasanya dimulai dengan suara dari satu atau dua penari sebagai “pemimpin.” Mereka melantunkan syair pembuka. Tujuannya buat memulai suasana dan menarik perhatian.

  2. Dering (Syair Bergantian):
    Semua penari mulai ikut menyanyi. Suara mereka saling bersahut-sahutan. Di sini penonton mulai ngerasain vibes magisnya. Kadang sampai merinding!

  3. Saman (Inti Gerakan Cepat):
    Nah, ini bagian yang paling dikenal. Gerakannya mulai cepat, ritmenya padat, dan sinkronisasi ditantang maksimal. Biasanya ini bikin penonton ternganga karena kecepatannya meningkat terus.

  4. Penutup (Kembali Tenang):
    Setelah semua energi tercurah, tarian ini ditutup dengan gerakan yang lebih kalem, sebagai bentuk penghormatan dan penutup suasana.

Setiap bagian ini bukan sekadar urutan, tapi bagian dari “cerita” yang disampaikan lewat tarian. Aku jadi sadar bahwa Tarian  Saman punya alur naratif, bukan cuma koreografi fisik.

Filosofi Gerakan Tari Saman: Disiplin, Kesatuan, dan Kepemimpinan

Tepukan serentak tari saman

Kalau kita perhatiin gerakan dalam Tarian Saman—tepuk dada, tepuk paha, gelengan kepala, dan posisi tubuh yang tegak saat duduk—semuanya punya filosofi mendalam.

  • Tepukan serentak menggambarkan kesatuan suara dan tindakan. Cocok banget buat ngajarin nilai gotong royong dan solidaritas.

  • Gerakan kepala yang teratur melatih fokus dan kontrol diri.

  • Perubahan ritme yang mendadak tapi tetap sinkron melatih adaptasi dalam kelompok.

Aku pribadi belajar bahwa kalau kita nggak peka sama ritme orang lain, kita bakal terlihat “off” sendiri. Sama kayak hidup—kalau kita cuma mikir diri sendiri, kita bisa merusak harmoni dalam tim.

Tari Saman Bukan Sekadar Tarian

Setelah semua pengalaman dan pelajaran yang aku dapet, aku cuma bisa bilang: Tari Saman itu warisan emas. Bukan cuma buat orang Aceh, tapi buat kita semua, orang Indonesia.

Tari ini ngajarin aku banyak hal: kekompakan, identitas, spiritualitas, dan keindahan seni yang nggak tergantung sama alat musik atau teknologi canggih.

Kalau kamu belum pernah lihat langsung Tari Saman, serius deh—cari kesempatan buat nonton. Minimal nonton di YouTube. Dan kalau bisa, cobain ikut latihan. Biar kamu ngerasain sendiri capeknya, indahnya, dan rasa bangganya jadi bagian dari budaya yang luar biasa ini.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Fashion Y2K: Kembalinya Tren Gaya Awal 2000-an disini

About The Author