
Table of Contents
- 1 Asal Usul Tradisi Barongsai
- 2 Masuknya Barongsai ke Indonesia
- 3 Jenis-Jenis Tradisi Barongsai
- 4 Makna Simbolis di Balik Gerakan Tradisi Barongsai
- 5 Kostum Tradisi Barongsai dan Properti yang Digunakan
- 6 Tradisi Barongsai dalam Kehidupan Sosial Indonesia
- 7 Latihan dan Ketekunan di Balik Aksi Spektakuler
- 8 Kompetisi Barongsai di Dunia dan Indonesia
Ada satu suara yang selalu membuat saya menoleh setiap kali Tahun Baru Imlek tiba—dentuman gendang, tabuhan tambur, dan gemerincing simbal yang khas. Suara itu menandakan satu hal: Barongsai datang! Dari kejauhan, tampak dua sosok singa berwarna merah dan kuning menari-nari, meloncat ke udara, memainkan lidah, bahkan menggoda penonton di pinggir jalan. Bagi banyak orang Indonesia, terutama yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, Medan, Pontianak, atau Surabaya, tradisi Barongsai bukan hal asing. Tapi tahukah kamu bahwa di balik tari singa yang enerjik itu, ada sejarah panjang, nilai budaya mendalam, dan filosofi kehidupan yang luar biasa?
Asal Usul Tradisi Barongsai

Barongsai berasal dari Tiongkok dan sudah berumur ribuan tahun. Dalam bahasa Mandarin, Barongsai disebut “Shi Zi Wu” (狮子舞), yang artinya “Tarian Singa”. Dalam budaya Tionghoa, singa dianggap sebagai simbol kekuatan, keberanian, dan pembawa keberuntungan. Namun uniknya, singa sebenarnya bukan hewan asli di Tiongkok. Dahulu kala, bangsa Tionghoa mengenal singa melalui jalur perdagangan dengan Asia Tengah dan India. Mereka kemudian menjadikannya lambang penjaga dari roh jahat dan bencana Wikipedia.
Kisah asal mula Barongsai sering dikaitkan dengan legenda tentang monster bernama Nian. Dikisahkan bahwa Nian keluar dari persembunyiannya setiap malam tahun baru untuk memangsa ternak dan manusia. Warga desa pun ketakutan. Sampai suatu hari, seorang lelaki tua bijak memberi tahu bahwa Nian takut pada warna merah dan suara bising. Maka penduduk mulai menggantung lampion merah, menyalakan petasan, dan mengenakan kostum singa yang meliuk-liuk dengan suara genderang keras. Sejak saat itulah, Barongsai menjadi simbol penolak bala dan pembawa keberuntungan saat Imlek tiba.
Masuknya Barongsai ke Indonesia
Barongsai diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-17 melalui para perantau Tionghoa. Mereka membawa serta kebudayaan, bahasa, serta kepercayaan leluhur, termasuk seni pertunjukan seperti wayang potehi dan tarian singa. Seiring waktu, tradisi ini menyatu dengan kebudayaan lokal Indonesia. Itulah sebabnya Barongsai kini tak hanya tampil di klenteng, tapi juga di mal, sekolah, bahkan acara kenegaraan.
Yang menarik, pada masa Orde Baru, pertunjukan Barongsai sempat dilarang tampil di muka umum karena dianggap simbol etnis tertentu. Namun setelah reformasi tahun 1998, tradisi ini kembali hidup dan diterima luas. Kini Barongsai menjadi warisan budaya yang memperkaya keberagaman Indonesia. Bahkan, pada tahun 2010, Barongsai secara resmi diakui sebagai bagian dari warisan budaya nasional oleh pemerintah Indonesia.
Jenis-Jenis Tradisi Barongsai
Tidak semua Barongsai sama. Ada beberapa jenis Barongsai yang dikenal di dunia, masing-masing memiliki ciri khas gerak, warna, dan makna yang berbeda. Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Tradisi Barongsai Utara (Northern Lion Dance)
Barongsai ini berasal dari daerah Beijing dan biasanya menampilkan gerakan gagah seperti singa penjaga kuil. Kostumnya tebal, dengan bulu panjang menyerupai singa Afrika. Gerakannya lebih banyak melibatkan kekuatan dan ketangkasan, sering dipadukan dengan atraksi akrobatik seperti melompat di atas tiang.
2. Tradisi Barongsai Selatan (Southern Lion Dance)
Jenis ini lebih populer di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ciri khasnya adalah kepala besar dengan ekspresi dramatis dan warna mencolok. Gerakannya tidak sekadar meloncat, tapi juga menggambarkan emosi: marah, senang, penasaran, dan waspada. Gaya inilah yang paling sering kita lihat saat perayaan Imlek.
3. Tradisi Barongsai Modern (Freestyle Lion Dance)
Seiring perkembangan zaman, Barongsai pun berevolusi. Kini muncul gaya modern yang dipadukan dengan musik kontemporer, LED, dan pencahayaan panggung. Beberapa pertunjukan bahkan memasukkan unsur dance dan teater, menjadikan Barongsai sebagai tontonan artistik dan memukau.
Makna Simbolis di Balik Gerakan Tradisi Barongsai

Setiap gerakan Barongsai tidak dilakukan secara sembarangan. Misalnya, ketika singa menggoyangkan kepala atau menjilat kaki penonton, itu melambangkan keberuntungan yang akan datang. Ketika ia membuka mulut lebar-lebar, maknanya adalah “menelan” hal-hal buruk agar tidak mengganggu tahun yang baru.
Gerakan Barongsai biasanya diiringi musik dari tiga alat utama: gendang (gu), cymbal (ba), dan gong (luo). Ritme musiknya tidak hanya berfungsi sebagai iringan, tapi juga menjadi “bahasa” yang mengatur emosi singa. Saat irama cepat dan keras, singa digambarkan sedang bersemangat atau berkelahi; ketika irama melambat, singa bisa terlihat sedang bersantai atau bermain.
Kostum Tradisi Barongsai dan Properti yang Digunakan
Kostum Barongsai biasanya dibuat dari rangka bambu ringan atau serat fiberglass yang ditutup dengan kain warna-warni. Kepala singa dihias dengan bulu sintetis, mata besar yang bisa berkedip, dan mulut yang bisa terbuka. Setiap warna memiliki maknanya sendiri:
Merah: keberuntungan dan kebahagiaan.
Kuning/Emas: kemakmuran dan kejayaan.
Hijau: pertumbuhan dan kesuburan.
Putih: kesucian dan kejujuran.
Hitam: kekuatan dan ketegasan.
Selain kostum singa, pertunjukan Barongsai juga sering disertai dengan tokoh Liem Siu (pendekar lucu pembawa kipas) yang bertugas menghibur penonton dan memancing reaksi singa.
Tradisi Barongsai dalam Kehidupan Sosial Indonesia
Menariknya, Barongsai kini bukan hanya milik warga keturunan Tionghoa. Di berbagai daerah di Indonesia, banyak komunitas lokal yang ikut mempelajarinya. Saya pernah melihat pertunjukan Barongsai di Kalimantan Barat di mana para penarinya adalah anak-anak Dayak dan Melayu. Mereka tampil dengan penuh semangat, bahkan mengikuti kompetisi antar daerah. Hal ini menunjukkan bagaimana seni pertunjukan ini telah melampaui batas etnis dan menjadi simbol persatuan budaya.
Bahkan di beberapa kota, Barongsai tampil bukan hanya saat Imlek, tapi juga di acara pernikahan, grand opening toko, atau festival budaya. Keberadaan Barongsai menjadi simbol doa agar usaha atau acara tersebut membawa keberuntungan dan rezeki melimpah.
Latihan dan Ketekunan di Balik Aksi Spektakuler
Saya pernah berbincang dengan salah satu anggota tim Barongsai di Jakarta. Ia bercerita bahwa latihan dilakukan hampir setiap hari menjelang pertunjukan besar. Tidak hanya belajar menari, mereka juga harus berlatih ketahanan fisik, keseimbangan, dan koordinasi. Bayangkan saja, menari di bawah kepala singa yang beratnya bisa mencapai 10 kilogram sambil mengikuti irama musik cepat bukan hal mudah!
Selain itu, setiap tim Barongsai biasanya terdiri dari 10–20 orang, termasuk pemain musik, pelatih, dan penari utama. Semua harus kompak, karena satu kesalahan kecil bisa mengganggu keseluruhan koreografi. Tidak heran jika tim-tim Tradisi Barongsai yang profesional sering diundang tampil di luar negeri, mewakili Indonesia di berbagai kompetisi internasional.
Kompetisi Barongsai di Dunia dan Indonesia
Tradisi Barongsai kini telah berkembang menjadi olahraga seni yang memiliki turnamen resmi. Ada kompetisi Lion Dance Championship yang diselenggarakan di berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, dan China. Indonesia pun punya tim-tim kebanggaan seperti Hoo Hap Hwee, Singa Mas, dan Bekasi Dragon Team yang kerap menjuarai turnamen internasional.
Dalam kompetisi, penilaian dilakukan berdasarkan ketepatan gerakan, keserasian musik, ekspresi, hingga kemampuan melakukan akrobatik di atas tiang (meja jong). Para juri juga menilai makna cerita yang dibawakan serta kreativitas tim.
Baca fakta seputar : culture
Baca juga artikel menarik tentang : Ritual Adat Bali: Pesona Budaya dan Makna Spiritual yang Mendalam







