Bisnis Katering

Aku masih ingat banget hari pertama aku mulai bisnis katering. Jujur ya, waktu itu bukan karena aku jago masak, tapi karena aku nekat. Yup, NEKAT. Teman kantor dulu sering bilang, “Masakanmu enak, kenapa nggak buka usaha aja?” Awalnya aku cuma anggap itu basa-basi. Tapi makin sering denger komentar kayak gitu, aku mulai mikir, kenapa enggak?

Apa Itu Bisnis Katering?

5 Tips Optimalkan Peluang Bisnis Katering Rumahan

Bisnis katering, kalau ngomong simpel ya… itu Business penyediaan makanan untuk acara atau kebutuhan harian. Bisa untuk kantor, pesta ulang tahun, nikahan, sampai katering harian buat orang sibuk yang nggak sempat masak. Yang bikin seru (dan bikin pusing) itu bukan cuma masaknya aja, tapi gimana ngatur waktu, rasa, stok bahan, dan terutama: kepercayaan pelanggan.

Awalnya aku kira bisnis katering itu cuma soal masak dan jual. Tapi ternyata, ini dunia yang penuh strategi, komunikasi, dan kadang… drama bumbu dapur yang kebanyakan asin cimb niaga.

Kenapa Bisnis Katering Itu Penting?

Kita hidup di zaman serba cepat. Banyak orang di kota yang kerja dari pagi sampai malam. Mereka butuh makan, tapi nggak sempat masak. Di sinilah katering jadi penyelamat.

Waktu pandemi kemarin, aku mulai serius ngejalanin usaha ini. Banyak kantor tutup, tapi permintaan makanan sehat dan higienis justru meningkat. Orang-orang butuh makan yang aman, nggak harus keluar rumah, dan tetap bergizi. Dari situ aku sadar, bisnis ini punya peran penting.

Katering bukan cuma soal kenyang, tapi soal gaya hidup. Ada orang yang butuh katering sehat buat diet, ada yang vegetarian, ada yang low carb. Dan kalau bisa memenuhi kebutuhan mereka? Wah, bisa jadi pelanggan setia.

Apa yang Membuat Bisnis Katering Berhasil?

Kalau ditanya apa rahasianya biar sukses di bisnis ini… Hmm, panjang banget. Tapi aku coba rangkum dari pengalamanku, ya.

  1. Konsistensi Rasa
    Ini nomor satu. Orang bakal balik lagi kalau rasanya enak dan konsisten. Jangan hari ini ayam rica-rica-nya pedesnya pas, besok malah kayak ayam semur. Aku pernah kehilangan pelanggan gara-gara ini.

  2. Kebersihan dan Kepercayaan
    Sekali dapet review “kotor” atau “bau amis”, kelar. Apalagi sekarang zamannya digital. Foto atau komentar buruk bisa viral. Jadi aku jaga betul dapur, alat, dan SOP kebersihan. Bahkan waktu ada karyawan yang nggak cuci tangan, aku tegur langsung.

  3. Komunikasi Cepat dan Jelas
    Jangan cuma jago masak, tapi gagap balas WA. Pelanggan itu maunya cepat. Aku dulu sering kehilangan order karena telat balas. Sekarang, aku pakai template untuk fast response dan ada admin yang bantuin.

  4. Packaging dan Presentasi
    Orang makan juga pakai mata. Kotak makan yang rapi, label lucu, dan ada pesan kecil bisa bikin pelanggan senang. Aku pernah kirim makanan ulang tahun dengan note “Selamat ulang tahun, semoga sehat selalu!” — hasilnya? Si pelanggan upload ke IG dan banyak yang order lewat situ. Gratis promosi!

  5. Jangan Lupa Riset
    Aku dulu asal masak menu favorit. Tapi setelah bikin polling kecil ke teman-teman dan calon pelanggan, aku jadi tahu mana yang disukai. Nasi ayam geprek lebih laku daripada nasi goreng kambing ternyata.

Langkah-Langkah Memulai Bisnis Katering

8 Langkah Memulai Bisnis Katering di Rumah

Kalau kamu tertarik mulai, ini langkah-langkah yang menurutku paling realistis. Bukan versi seminar motivasi ya, tapi versi ‘ngalamin sendiri’.

1. Mulai dari Skala Kecil

Aku pertama kali buka katering cuma masak untuk 5 orang. Beneran. Cuma 5! Tapi aku anggap itu sebagai tempat belajar dan eksperimen. Jangan langsung mikir ratusan porsi kalau belum pernah handle satu keluarga besar.

2. Tentukan Niche

Mau fokus ke katering sehat? Kantoran? Rumahan? Diet keto? Menentukan fokus itu penting banget buat branding. Aku pribadi lebih ke menu rumahan sehat, karena targetku ibu-ibu sibuk dan pekerja kantoran.

3. Buat Sistem Pemesanan yang Jelas

Gunakan form Google, WhatsApp, atau bahkan Instagram. Pokoknya, bikin pelanggan tahu cara pesan, bayar, dan komplain. Dulu aku berantakan, sering salah kirim. Sekarang semua dicatat di spreadsheet dan reminder harian.

4. Uji Coba Menu dan Hitung Biaya

Sebelum jual, aku selalu tes menu dulu ke keluarga dan teman dekat. Aku juga hitung betul biaya bahan, gas, tenaga, sampai plastik. Jangan sampai kita jual murah, tapi malah tekor.

5. Daftarkan Usahamu

Kalau sudah mulai stabil, coba urus izin usaha atau PIRT (Produksi Industri Rumah Tangga). Ini penting kalau kamu ingin kerja sama dengan instansi atau masuk ke marketplace besar.

Tips Menjalani Bisnis Katering (Dari Orang yang Sering Ngalamin Kacau)

  1. Bangun Relasi dengan Supplier
    Aku pernah ditinggal supplier ayam mendadak. Panik bukan main. Sekarang, aku punya dua cadangan supplier dan selalu jaga komunikasi baik. Kadang, aku kirim makanan mereka juga — supaya hubungan tetap hangat.

  2. Jangan Lupa Istirahat
    Ini penting. Dulu aku kerja nonstop sampai jam 2 pagi. Hasilnya? Sakit, dan order keteteran. Sekarang, aku bikin jadwal dan tim bantu masak. Jangan jadi superhero kalau akhirnya tumbang.

  3. Open Feedback
    Walau pahit, feedback itu emas. Ada pelanggan yang bilang, “Sayurnya terlalu lembek.” Sakit hati? Iya. Tapi dari situ aku perbaiki teknik rebus sayur. Sekarang malah dipuji terus.

  4. Gunakan Media Sosial Secara Konsisten
    Aku bukan orang marketing, tapi sekarang tiap hari update IG story dan feed. Bukan cuma jualan, tapi kasih tips masak, video pendek, atau testimoni. Algoritma suka yang aktif.

  5. Pakai Sistem Langganan
    Ini penyelamat. Aku tawarin paket mingguan atau bulanan. Jadi pemasukan stabil dan nggak tiap hari mikir, “Hari ini ada order nggak ya?”

Pelajaran Paling Berharga dari Bisnis Katering

Kalau boleh jujur, bisnis katering bukan buat semua orang. Capeknya dobel, apalagi kalau kamu masih handle semuanya sendiri. Tapi juga sangat memuaskan saat lihat pelanggan senyum, atau bilang “Masakan kamu kayak buatan mama.”

Yang paling penting? Jangan pernah takut gagal. Aku udah beberapa kali bikin menu baru yang flop. Tapi dari kegagalan itu, aku nemu menu andalan yang sampai sekarang laris: ayam sambal matah khas Bali — nggak tahu kenapa, tapi selalu sold out.

Dan satu hal lagi yang aku pelajari: jaga kualitas, jaga hati, dan jangan berhenti belajar. Dunia kuliner itu terus berubah, lidah orang juga dinamis. Tapi kalau kamu punya rasa cinta ke makanan dan ketulusan dalam usaha, pelanggan pasti bisa ngerasain.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Amazon’s Epic, Supercharged, Exclusive E-Commerce Success disini

About The Author