The Flu

Aku nggak pernah nyangka kalau film Korea yang satu ini, The Flu, bakal bikin aku duduk terpaku sepanjang durasi film. Jujur aja, pertama kali nonton film ini tuh gara-gara iseng scroll film Korea di platform streaming. Tapi ternyata, dari menit pertama sampai akhir, The Flu bukan cuma film tentang wabah, tapi juga tentang kemanusiaan, chaos, dan rasa takut yang bikin dada sesak.

Kita mulai aja, ya, dari sinopsis movie The Flu dulu sebelum aku cerita lebih banyak soal pengalaman pribadi dan kenapa aku ngerasa film ini relevan banget, terutama setelah kita semua melewati pandemi global beberapa waktu lalu.

Sinopsis Film The Flu (2013)

Sinopsis The Flu, Penularan Virus Lewat Udara Menginfeksi Warga Korea,  Malam Ini 18.45 WIB di Trans7 - TribunnewsWiki.com

Film ini dimulai dari sebuah kontainer pengiriman manusia gelap yang ditemukan di kota kecil Bundang, Korea Selatan. Di dalamnya? Mayat-mayat berserakan dan hanya satu orang yang masih hidup Depobos. Dari situ, virus mematikan menyebar—dan bukan virus biasa. Ini adalah virus flu H5N1 yang bermutasi dan bisa membunuh dalam waktu 36 jam. Serem, ya?

Lalu kita dikenalkan dengan dua karakter utama liputan6:

  • Jang Hyuk sebagai Kang Ji-goo, seorang petugas penyelamat

  • Soo Ae sebagai Kim In-hae, dokter sekaligus ibu tunggal yang sedang berjuang menyelamatkan anak perempuannya

Dari sini, cerita bergulir cepat. Kota langsung di-lockdown, masyarakat panik, rumah sakit penuh, dan pemerintah mulai bingung mengambil keputusan. Seiring waktu, bukan cuma wabah yang menyebar, tapi juga kekacauan sosial. Serius deh, tegang banget!

Mengapa The Flu Sangat Populer? Ini Bukan Sekadar Film Tentang Virus

Aku nonton The Flu jauh sebelum pandemi COVID-19. Tapi pas nonton ulang tahun lalu—setelah dunia dihantam pandemi asli—rasanya beda banget. Film ini kayak “ramalan” gitu. Bukan karena ngeramal virus, tapi karena cara film ini menggambarkan kepanikan massal, hoaks, keputusan pemerintah yang serba salah, dan betapa kejamnya dunia saat rasa takut menguasai semuanya.

Inilah kenapa menurutku The Flu jadi sangat populer, bahkan viral lagi setelah pandemi:

  1. Relate banget dengan pengalaman global kita selama 2020–2022.

  2. Film ini nyuguhin campuran drama, aksi, thriller, dan ketegangan emosional yang nempel banget di kepala.

  3. kting para pemainnya itu kuat banget. Khususnya si Soo Ae—dia tuh bikin aku bener-bener merasa jadi ibu yang panik nyari anaknya di tengah kekacauan.

Dan yang paling penting, The Flu ngajarin satu hal penting: ketika krisis datang, kemanusiaan bisa jadi hal pertama yang hilang.

Keseruan Film The Flu: Tegang, Menyentuh, dan Nggak Ketebak

Waktu pertama kali nonton, aku pikir film ini bakal klise. Ya tahu lah, virus menyebar, ada pahlawan, terus berakhir bahagia. Tapi ternyata enggak segitu sederhana.

Bayangin ya, di satu adegan, ada anak kecil yang harus dipisahkan dari ibunya karena dicurigai terinfeksi. Waktu itu, mataku basah. Bukan lebay, tapi karena kita tahu gimana rasanya di masa-masa karantina waktu itu—nggak bisa peluk orang tua, nggak bisa datang ke rumah sakit, bahkan pemakaman pun kadang harus lewat Zoom.

Selain emosi, film ini juga menyajikan adegan-adegan aksi yang intens. Mulai dari evakuasi rumah sakit, kerusuhan supermarket, sampai baku hantam antara tentara dan warga sipil. Semua dieksekusi dengan baik, tanpa kesan berlebihan.

Dan yang bikin aku suka, The Flu juga nunjukin sisi gelap pemerintah dan politik. Gimana mereka lebih mikirin reputasi negara dibanding nyawa rakyat. Wah, ini kritik sosial yang tajam banget.

Karakter di Film The Flu: Bukan Sekadar Tokoh, Tapi Simbol

Sinopsis & Review Film Flu, Virus Mematikan Menyerang Korea

Oke, bagian ini penting banget. Aku mau bahas karakter-karakter di film ini karena menurutku, kekuatan The Flu tuh ada di tokoh-tokohnya. Mereka bukan cuma ada buat nyetir cerita, tapi mereka kayak cermin kita semua.

  1. Kang Ji-goo (Jang Hyuk) – petugas penyelamat yang keras kepala, tapi berhati mulia. Dia bukan superhero, tapi dia berani ambil risiko buat bantu orang lain. Banyak momen dia bikin keputusan yang berat banget, dan menurutku, dia simbol dari orang biasa yang punya hati luar biasa.

  2. Kim In-hae (Soo Ae) – dokter dan ibu. Sosok yang digambarkan kuat, tapi rapuh di dalam. Aku suka banget karakter ini karena dia relatable. Dia pintar, tahu cara kerja virus, tapi tetap jadi manusia biasa yang bisa panik dan takut kalau anaknya terancam.

  3. Mi-reu (anak perempuan) – Nah ini dia si kecil yang mencuri perhatian. Lucu, polos, tapi juga jadi pusat cerita. Banyak ketegangan di film ini yang berputar di sekeliling dia.

  4. Para pejabat pemerintah – Mereka digambarkan seperti boneka politik yang seringkali lebih peduli sama citra daripada keselamatan warga. Ini kritik sosial yang menurutku kena banget.

Keunikan Film The Flu Dibanding Film Wabah Lain

Sebenarnya ada banyak film tentang virus dan pandemi. Sebut aja Contagion, Outbreak, 28 Days Later, dan lainnya. Tapi The Flu punya keunikan tersendiri yang bikin dia beda dan lebih ‘ngena’ di hati.

1. Pendekatan Emosional, Bukan Sekadar Ilmiah

Film ini fokus pada perasaan manusia, bukan cuma bagaimana virus bekerja. Aku suka banget karena kita dibawa masuk ke dalam dunia karakter, bukan cuma dikasih info soal virus.

2. Konflik Sosial yang Realistis

Bayangin, warga disuruh karantina, tapi stok makanan habis. Pemerintah nyuruh tinggal di rumah, tapi listrik padam. Nah, film ini nunjukin dengan gamblang betapa rumitnya ngatur kota yang diserang wabah. Ini bukan dongeng heroik—ini realistis banget.

3. Lokasi Korea yang Jarang Diangkat

Kebanyakan film wabah kan setting-nya di Amerika. Tapi di sini, kita lihat Bundang—a small city yang jadi “ground zero”. Nuansa budaya Korea yang kental bikin film ini unik dan punya taste lokal yang kuat.

4. Pacing dan Musik Pengiring yang Bikin Jantung Lari

Serius, scoring film ini tuh jago banget mainin emosi penonton. Kadang aku sampe nggak sadar napas jadi berat waktu adegan-adegan menegangkan.

Pelajaran yang Aku Ambil Setelah Nonton The Flu

Kalau boleh jujur, aku jadi mikir ulang soal empati dan solidaritas setelah nonton ini. Film ini bikin aku sadar kalau krisis itu bukan cuma soal pemerintah dan petugas kesehatan. Kita semua punya peran.

Hal-hal kecil kayak jaga jarak, pakai masker, atau bantu tetangga yang kesulitan—itu penting banget.

Film ini juga ngajarin kalau informasi itu kekuatan. Waktu pemerintah nyembunyiin data, kekacauan makin besar. Jadi penting banget buat selalu cari informasi yang benar dan nggak ikut-ikutan nyebarin hoaks.

Dan terakhir? Jangan remehkan virus. Kadang, yang nggak kelihatan itu justru yang paling mematikan.

Worth It Nggak Nonton The Flu?

Jawabannya: WORTH IT BANGET.
Apalagi kalau kamu suka film dengan kombinasi thriller, drama, dan kritik sosial. Buat kamu yang mungkin dulu ngelewatin film ini karena mikir, “ah cuma film Korea soal flu,” mending nonton sekarang. Rasanya beda.

Oh iya, saran kecil dari aku: siapin tisu. Mungkin bukan karena sedih banget, tapi karena banyak momen yang bikin dada nyesek. Nggak percaya? Coba tonton, lalu balik ke artikel ini dan kasih komentar.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Broken Wings Movie Kisah yang Menyentuh dan Bikin Kita Merenung disini

About The Author